- PAGAR ALAM MENGUKIR SEJARAH..!!!!
“Sebuah
Catatan Dari Seminar Nasional Peradaban Besemah Sebagai Pendahulu
Kerajaan Sriwijaya”Oleh : Budiarjo Sahar(Wakil Sekjen DPD KNPI Kota
Pagar Alam, Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Pagar Alam, Tenaga Pengajar
STKIP Muhammadiyah Pagar Alam) Spektakuler, itulah barangkali kata yang
pas untuk disampaikan atas terselenggaranya Seminar Nasional “Peradaban
Besemah Sebagai Pendahulu Kerajaan Sriwijaya” yang merupakan kerja
bareng antara Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik (Dirjen
Kesbangpol) dengan Pemerintah Kota Pagar Alam yang mengangkat tema :
Dengan Seminar Nasional Peradaban Besemah Sebagai Pendahulu Kerajaan
Sriwijaya Kita Wujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Serta Rasa Cinta
Tanah Air. Seminar akbar yang dilaksanakan ini terbilang sukses karena
cukup istimewa dan berbeda dengan seminar-seminar yang pada umumnya
dilaksanakan, terutama pesertanya terdiri dari para raja-raja/sultan
seantero nusantara, para budayawan, arkeolog dan pakar-pakar sejarah
dari tingkat nasional dan lokal.
Walaupun terbilang sukses seminar ini masih menyisakan PR besar dan perlu ditindaklanjuti karena sampai seminar ini berakhir tidak ada satu pihakpun dalam seminar tersebut yang dapat menjelaskan secara pasti letak sesungguhnya Kerajaan Sriwijaya, namun bukan tidak beralasan kalau dikatakan bahwa peradaban Besemah sebagai pendahulu Kerajaan Sriwijaya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan peninggalan peradaban masa lalu, berupa batu-batu besar yang berasal dari aktivitas kebudayaan megalitik, antara lain dalam bentuk ruang batu (rumah batu), kubur batu, pahatan yang membentuk lukisan dipermukaan bukit batu dan arca-arca yang tersebar ditanah Pasemah.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian beberapa pakar megalitik berkewarganegaraan Belanda, salah satunya A.N.J.Th.A Th. Vander Hoop, yang hasil penelitiannya dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul : The Megalitic Remains In South Sumatera (1932). Mengenai temuan sejumlah besar megalitik di Dataran Tinggi Pasemah didalam bukunya dikatakan “merupakan bukti yang kaya diawal sejarah’. Bukti-bukti itu menurut para pakar dapat dijadikan titik awal peradaban megalitik yang selanjutnya berkembang di wilayah Sumatera dan Jawa. Hal ini didukung pula oleh pendapat budayawan terkemuka di Sumatera Selatan yaitu Djohan Hanafiah yang memprediksi bahwa Dinasti Syailendra tersebut berasal dari dataran tinggi Pasemah dan sekitar Gunung Dempo.
Yang
tidak kalah menariknya lagi Raja Jogjakarta Sultan Hamengkubuwono X
disaat bersilaturahmi dengan jajaran Pemerintah Kota Pagar Alam, sehari
setelah Seminar Nasional yang diselenggarakan di Kota Pagar Alam
tersebut. Seperti yang disampaikan kembali oleh Walikota Pagar Alam Drs.
H. Djazuli Kuris, MM pada saat pembinaan kepada pegawai dilingkungan
Pemerintah Kota Pagar Alam, menyampaikan bahwa Sri Sultan Hamengkubuwono
X, secara tegas mengakui dan menyatakan bahwa Sri Sultan Hamengkubuwono
X merupakan keturunan Kerajaan Syailendra, sedangkan Kerajaan
Syailendra berasal dari Dataran Tinggi Pasemah.
Disisi lain Walikota Pagar Alam Drs. H. Djazuli Kuris, MM menegaskan bahwa seminar ini bukanlah akhir dari perjuangan, tetapi merupakan momentum awal upaya untuk mengenal sejarah Kerajaan Sriwijaya serta akan ada penelitian lebih lanjut “Besemah Sebagai Pendahulu Kerajaan Sriwijaya”. Kemudian harapan Walikota Pagar Alam selaku tuan rumah penyelenggara seminar ini disambut positif oleh Gubernur Bengkulu Agusrin Najamudin, yang juga merupakan salah satu tokoh muda di Sumatera Bagian Selatan ini, yang menghimbau agar para Gubernur di Sumatera Bagian Selatan ini agar duduk bersama, untuk menindaklanjuti seminar ini.
Apabila penelusuran sejarah ini dilanjutkan maka benang merah hubungan kekeluargaan akan semakin terlihat bahwa Kerajaan Sriwijaya ada keterkaitan erat dengan Kerajaan-kerajaan di Jawa. Hal ini dapat dijadikan satu dasar/pondasi dimana para keturunan Raja-raja tersebut dapat menyatukan kembali kebesaran dan kehebatannya tetapi dalam bentuk yang berbeda, bukan lagi dalam bentuk kekuasaan tetapi dalam bentuk budaya, dimana budaya merupakan benteng terakhir sebagai perekat bangsa.
http://jemekite.com/index.php?option=com_content&task=view&id=74&Itemid=29
0 komentar: